Jumat, 07 Oktober 2016

KEBENARAN DAN KEBETULAN

Dalam kehidupan sehari hari pasti kita sering menemukan kebenaran dan kebetulan, namun sebenarnya dari dua kata itu saling memiliki arti atau makna yang berbeda, misalnya seperti kebenaran, kebenaran adalah suatu fakta yang memiliki bukti yang jelas dan dapat terjadi berulang ulang sedangkan kebetulan adalah suatu keadaan yang tanpa sengaja terjadi dan hanya dapat terjadi sesaat.

Kebenaran yang membuat kita merasa benar sendiri dan menganggap orang lain yang berbeda dengan kita adalah salah, sesat dan kafir, karena kebenaran hanyalah milik Allah. Dalam Al-Qur'an Allah berfirman : "Jangan kamu menganggap diri kamu suci, Dialah (Allah) yang lebih mengetahui siapa yang bertaqwa" (QS. An-Najm :32). Kebenaran agama memang mutlak sebelum ia bersentuhan dengan kebenaran sosiologis. Begitu kemutlakan kebenaran Agama itu ditafsirkan oleh manusia untuk diterapkan dalam hidup (masyarakat), kemutlakan akan semakin menurun dan menurun. Dari hasil penafsiran manusia tersebut lahirlah mazhab demi mazhab yang berbeda pemahaman tentang berbagai macam cara-cara beragama, dan dari akibat perbedaan tersebut muncullah pengikut-pengikut mereka saat ini yang saling menyalahkan, saling memvonis sesat,kafir dalam perkara perbedaan tersebut.

Banyak ayat Al-Qur’an dan hadist yang menjelaskan bahwa tidak ada yang kebetulan di muka bumi ini. Bahkan sebuah kebetulan yang amat kebetulan tetap saja merupakan sebuah rencana Tuhan yang tidak pernah meleset. Jika kita tidak berhasil menerjemahkan tiap detailnya, karena terlalu megahnya rencana Tuhan tersebut, itu jelas bukan kabar buruk. Setidaknya pastikan saja kita sukses mensyukuri tiap detik rencana tersebut.
Saat menyatakan kalimat ‘ini kebetulan’ atau semacamnya, ada indikasi kita mengungkapkan bahwa hal yang dialami terjadi tidak dengan takdir Allah. Hal ini tentu saja keliru, pasalnya Allah SWT sudah menakdirkan atau menetapkan hal itu sebelumnya. Tak mungkin Allah mengetahui belakangan atau secara kebetulan mengetahuinya. Perlu dipahami, rukun beriman pada takdir ada empat yaitu kita meyakini Allah mengetahui segala peristiwa sebelum terjadi, Allah telah mencatatnya, Allah menghendakinya, dan Allah menciptakannya. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran Surat At-Talaq:2-3.

“…Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. (QS 65:2-3).

Juga dijelaskan dalam Surat Ali Imran: 190-191 berikut ini:
Artinya: “Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS. Ali-‘Imran: 190-191).


Seseorang yang mengetahui kebenaran ini didalam hatinya, dapat menyenangi hal apapun yang ia jalani dan berkah yang terdapat di balik hal itu. Banyak orang tidak memikirkan bagaimana mereka tercipta ataupun mengapa mereka ada.
Meskipun hati nurani mereka membimbing mereka agar sadar tentang keajaiban dan sempurnanya dunia yang dimiliki oleh Sang Pencipta, banyak sekali cinta yang mereka rasakan untuk kehidupan dunia ini, atau keengganan mereka untuk menghadapi kebenaran, membawa mereka untuk menyangkal realitas mengenai keberadaan-Nya.
Mereka menolak bukti bahwa setiap kejadian dari hidup mereka telah ditentukan sesuai dengan rencana dan tujuan, tetapi perilaku mereka menunjukkan aksi yang salah, yakni menganggap hal-hal yang terjadi hanyalah kebetulan ataupun keberuntungan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar